layout

Minggu, 23 September 2012

MAKALAH


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri manusia merupakan bagian yang hakikiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Walaupun tidak dapat diingkari banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang secara tidak sengaja atau direncana, kadang-kadang menimbulkan pengalaman baru yang dapat dimanfaatkan oleh yang menyifati, sehingga dijadikan pengetahuan dan pengalaman.
Proses belajar-mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar. Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang lain.
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan, yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan tuhan.

2.2 Ciri-ciri Interaksi Edukatif

1.      Ada tujuan yang ingin dicapai
Tujuan dalam interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam perkembangan tertentu, yaitu dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian perkembangan tertentu, yaitu dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian sedangkan unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada penggarapan materi khusus
Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi edukatif sehingga sesuai untuk mencapai tujuan.
3.      Ada aktivitas anak
Sebagai konsekuensi bahwa siswa merupakan sentral maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.
4.      Ada guru yang berperan sebagai pembimbing
Guru berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar maka guru diharapkan mampu untuk mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok, memberikan penjelasan kepada siswa mengenai hal yang diperlukan dalam proses belajar, memberikan kesempatan agar mereka belajar sesuai dengan kemampuannya serta membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan menilai setiap keberhasilan langkah kegiatan yang telah dilakukan.
5.      Ada batas waktu
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok) batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi batas waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
6.      Ada metode untuk mencapai tujuan
Metode belajar adalah sistem dengan menggunakan teknik-teknik tertentu didalam interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sebagai proses pendidikan.
7.      Ada evaluasi
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan dengan terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk mendapat umpan balik (feed back)  dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan.

Untuk memahami pengetahuan tentang interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi Belajar-Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi, maka terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif, termasuk pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan segala jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya, guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
Edi Suardi dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :
1.      Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.      Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.      Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
4.      Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar-mengajar.
5.      Ditandai dengan adanya aktivitas siswa.
6.      Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau siswa hanya fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang harus melakukannya.
7.      Dalam interaksi belajar-mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses balajar-mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik bersama siswa”) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi belajar-mengajar.
8.      Didalam interaksi belajar-mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
9.      Ada batas waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah dicapai.

Disamping beberapa ciri seperti penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang sangat penting. Dalam kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk mengetahui apakah tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar-mengajar atau belum, perlu diketahui dengan kegiatan penilaian. Dengan demikian, cirri-ciri interaksi belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciri-ciri interaksi edukatif, sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar.
Bila terjadi proses belajar-mengajar, maka bersama ini pula terjadi proses mengajar. Hal ini kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik, sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak langsung juga melakukan belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja maupun tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar-mengajar ini akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

2.3       Komponen-Komponen Interaksin Edukatif

Dalam interaksi edukatif juga diperlukan komponen-komponen tersendiri yaitu :
a.       Adanya tujuan, misi, dan fungsi
b.      Mempunyai bentuk, format, maupun keadaan yang mendukung.
c.       Adanya pesan yang akan disampaikan dengan memperhatikan isi pesan yang mudah difahami.
d.      Terjadinya keterlibatan/ peran serta antara guru dan peserta didik.
e.       Pemilihan metode yang tepat.
f.       Pengadaan evaluasi

Dalam refensi lain disebutkan Interaksi edukatif mempunyai sejumlah komponen sebagai berikut:
a. Tujuan
Kegiatan interaksi adalah suatu kegiatan yang secara dilakukan oleh guru, atas dasar kesadaran itulah guru melakukan kegiatan pembuatan program pengajaran dengan prosedur dan langkah yang sistematik. Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi edukatif tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana pembelajaran akan dibawa oleh guru.
Di dalam tujuan pembelajaran terhimpun sejumlah norma yang akan ditanamkan ke dalam diri setiap anak didik, tercapai tidaknya tujuan pembelajaran dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama kegiatan interaksi edukatif berlangsung.
b. Bahan pelajaran
Bahan adalah susbtansi yang akan disampaikan dalam proses interaksi edukatif, tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan. Karena itu bahan pelajaran mutlak harus mutlak dikuasai guru dengan baik, baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang dan bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
c. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan dalam pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, dalam pengelolaan dan pengajaran kelas yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek biologis intelektual dan psikologis.
Interaksi edukatif yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual anak didik ini.
d. Metode
metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Dalam kegiatan belajar mengajar metode sangat penting maka dalam hal ini guru harus menggunakan metode yang bervariasi karena penggunaan metode mengajar dapat mempengaruhi perhatian dan pemahaman anak didik, maka perlu diperhatikan tujuan berbagai jenis fungsinya anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, fasilitator serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
e. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.. Dalam kegiatan interaksi ini edukatif biasanya digunakan alat non material dan alat material. Alat material berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat dan sebagainya. Sedangkan alat material adalah atau alat bantu pengajaran berupa papan tulis, gambar, video dan sebagainya
f. Sumber pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-mana di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat di pergunakan sebagai sumber belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Tujuan evaluasi disini adalah untuk mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
h. Kegiatan yang jelas
Tujuan menempati posisi yang strategis dalam kegiatan dalam kegiatan interaksi edukatif nilai strategis adalah tujuan sebagai berikut:
a.       Dapat memberikan arah kegiatan interaksi edukatif
b.      Membantu memudahkan menyeleksi bahan pelajaran yang akan
disampaikan
c.       Memudahkan menyeleksi metode yang digunakan
d.      Memudahkan menyeleksi media dan lat bantu pengajaran
e.       Menolong menyeleksi sikap, tingkah laku dan perbuatan guru.
f.       Memudahkan menyeleksi kemampuan yang di inginkan dari anak
didik
g.      Memudahkan menyeleksi memberi penilaian dan memudahkan
pengorganisasian
h.      Kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
merupakan hal yang penting, jika semua komponen di laksanakan guru dengan baik maka guru akan dapat mecapai tujuan pembelajaran dan komponen tersebut di jadikan acuan dan prosedur oleh guru

2.4       Interaksi Belajar Sebagai Interaksi Edukatif

Interaksi adalah suatu pertukaran ide secara verbal atau timbal balik lainnya antara orang perseorangan, perseorangan dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok untuk saling mempengaruhi dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan Interaksi dalam proses belajar mengajar tidak hanya menyatakan hubungan guru dengan siswa atau siswa dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan untuk mengantarkan siswa ke arah kedewasaanya. Interaksi dalam proses belajar mengajar melibatkan metode kerja kelompok. Metode ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama membahas dan memecahkan masalah. Agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, yaitu dasar­dasar interaksi belajar mengajar yang terdiri dari:
1. Interaksi bersifat edukatif.
2. Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar mengajar.
3. Peranan dan kedudukan yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar.
4. Interaksi sebagai proses belajar mengajar.
5. Sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Menurut Piaget peranan guru dalam interaksi belajar mengajar antara lain:
1. Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasi­situasi yang dibutuhkan individu untuk belajar.
2. Sebagai pembimbing, yaitu memberikan bimbingan siswa dalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan berhasil secara efektif dan efisien.
3. Sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan semangat agar siswa mau dan giat belajar.
4. Sebagai organisatoris, yaitu mengorganisasikan kegiatan belajar siswa
maupun guru.
Interaksi belajar mengajar ditandai pula oleh adanya aktifitas siswa, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktifitas. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam interaksi belajar­ mengajar.














BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk individu dan sosial, yang hidupnya ditandai dengan saling berinteraksi, dari berbagai interaksi itu ada interaksi yang disengaja yakni interaksi edukatif, secara khusus interaksi edukatif sebagai interaksi belajar mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi
Secara khusus interaksi edukatif sebagai interaksi belajar-mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi. Tujuan sebagai dasar motivasi, motivasi dan aktivitas belajar, diri anak didik dan kedudukan guru, dan usaha mengelola interaksi belajar-mengajar harus juga dipahami.
Interaksi edukatif adalah proses interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yakni untuk mengantarkn anak didik ketingkat kedewasaannya.
Interaki edukatif memiliki cirri-ciri : sadar tujuan, ada bahan/pesan, ada subjek didik/pengajar, ada guru, ada metode, ada situasi kondusif, ada penilaian.
Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar, yakni : memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai dengan aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya kegiatan peni






DAFTAR PUSTAKA
Purwo, B.K 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, Yogyakarta, kanisium.
Sapani, H. Suardi dkk. 1988. Teori Pembelajaran Bahasa, Jakarta, proyek penataran Guru SLTP setara DIII.
Syaiful Bahri Jamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, 2000



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar