BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Edukatif
Interaksi edukatif adalah interaksi
yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran.
Interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara pihak yang satu
dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu yakni untuk
mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).
Interaksi yang dikatakan sebagai
interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk
mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya.
Kegiatan komunikasi bagi diri
manusia merupakan bagian yang hakikiki dalam kehidupannya. Kalau dihubungkan
dengan istilah interaksi edukatif sebenarnya komunikasi timbal balik antara
pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud
tertentu, tidak semua bentuk dan kegiatan interaksi dalam suatu kehidupan
berlangsung dalam suasana interaksi edukatif, yang didesain untuk suatu tujuan
tertentu. Demikian juga tentunya hubungan antara guru dan siswa, anak buah
dengan pimpinannya, antara buruh dengan pimpinannya serta lain-lain. Walaupun
tidak dapat diingkari banyak peristiwa atau bentuk interaksi yang secara tidak
sengaja atau direncana, kadang-kadang menimbulkan pengalaman baru yang dapat
dimanfaatkan oleh yang menyifati, sehingga dijadikan pengetahuan dan
pengalaman.
Proses belajar-mengajar akan
senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi,
yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar,
dengan siswa sebagai subjek pokoknya. Dalam proses interaksi antara siswa
dengan guru, dibutuhkan komponen-komponen, komponen-komponen tersebut dalam
berlangsungnya proses belajar tidak dapat dipisah-pisahkan. Dan perlu
ditegaskan bahwa proses teknis ini juga tidak dapat dilepaskan dari segi
normatifnya, segi normatif inilah yang mendasari proses belajar mengajar.
Interaksi edukatif yang secara spesifik merupakan proses atau interaksi belajar
mengajar itu, memiliki ciri-ciri yang membedakan dengan bentuk interaksi yang
lain.
Pendidikan dan pengajaran adalah
salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik. Pengajaran merupakan
proses yang berfungsi membimbing para pelajar atau siswa didalam kehidupan,
yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus
dijalankan oleh para siswa itu. Tugas perkembangan itu akan mencakup kebutuhan
hidup baik individu maupun sebagai masyarakat dan juga sebagai makhluk ciptaan
tuhan.
2.2 Ciri-ciri Interaksi Edukatif
1. Ada tujuan
yang ingin dicapai
Tujuan dalam
interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam perkembangan tertentu, yaitu
dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian perkembangan tertentu, yaitu
dengan menempatkan anak sebagai pusat perhatian sedangkan unsur lainnya sebagai
pengantar dan pendukung.
2. Ada penggarapan
materi khusus
Dalam hal
ini materi harus didesain sedemikian rupa dan disiapkan sebelum berlangsungnya
interaksi edukatif sehingga sesuai untuk mencapai tujuan.
3. Ada aktivitas
anak
Sebagai
konsekuensi bahwa siswa merupakan sentral maka aktivitas siswa merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif.
4. Ada guru
yang berperan sebagai pembimbing
Guru
berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar maka guru diharapkan mampu
untuk mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok,
memberikan penjelasan kepada siswa mengenai hal yang diperlukan dalam proses
belajar, memberikan kesempatan agar mereka belajar sesuai dengan kemampuannya
serta membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan menilai setiap
keberhasilan langkah kegiatan yang telah dilakukan.
5. Ada batas
waktu
Untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok) batas
waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan
diberi batas waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
6. Ada metode
untuk mencapai tujuan
Metode
belajar adalah sistem dengan menggunakan teknik-teknik tertentu didalam
interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sebagai proses
pendidikan.
7. Ada evaluasi
Sebagai alat penilaian hasil
pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus dilakukan dengan terus
menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar
tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk mendapat umpan balik (feed
back) dari proses interaksi edukatif
yang dilaksanakan.
Untuk memahami pengetahuan tentang
interaksi edukatif atau dalam kegiatan pengajaran secara khusus dikenal dengan “interaksi
Belajar-Mengajar” yang titik penekanannya pada unsur motivasi, maka
terlebih dulu perlu dipahami hal-hal yang mendasarinya. Sekurang-kurangnya
harus memahami kapan suatu interaksi itu dikatakan sebagai interaksi edukatif,
termasuk pemahaman terhadap konsep belajar dan mengajar. Setelah itu perlu
dikaji tujuan pendidikan dan pengajaran sebagai dasar motivasi dengan segala
jenisnya serta apa pula yang dimaksud dengan motivasi dan kegiatan dalam
belajar. Dan persoalan dasar yang tidak dapat ditinggalkan dalam pembicaraan
interaksi belajar-mengajar ini, adalah pemahaman terhadap siapa guru yang
dikatakan sebagai tenaga profesional kependidikan itu dan siapa pula siswa yang
dikatakan sebagai subjek belajar itu. Bagi guru yang memahami akan
keprofesiannya dan mengerti tentang diri anak didiknya, maka dapat melakukan
kegiatan interaksi dan motivasi secara mantap. Kemudian operasionalisasinya,
guru harus juga memahami dan melaksanakan pengelolaan interaksi belajar-mengajar.
Edi Suardi
dalam bukunya Pedagogik (1980) merinci ciri-ciri interaksi belajar
mengajar sebagai berikut :
1.
Interaksi belajar-mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam
suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar-mengajar itu sadar tujuan,
dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur
lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2.
Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3.
Agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi
perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan
dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.
4.
Interaksi belajar-mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang
khusus. Dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok
untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan
komponen-komponen yang lain, apalagi komponen anak didik yang merupakan
sentral. Materi harus sudah didesain dan disiapkan sebelum berlangsungnya
interaksi belajar-mengajar.
5.
Ditandai dengan adanya aktivitas
siswa.
6.
Sebagai konsekuensi, bahwa siswa
merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara
fisik maupun secara mental aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi
tidak ada gunanya guru melakukan kegiatan interaksi belajar-mengajar, kalau
siswa hanya fasip saja. Sebab para siswalah yang belajar, maka merekalah yang
harus melakukannya.
7.
Dalam interaksi belajar-mengajar,
guru berperan sebagai pembimbing. Dalam peranannya sebagai pembimbing ini, guru
harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses
interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi
proses balajar-mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat
dan akan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik. Guru (“akan lebih baik bersama
siswa”) sebagai desaigner akan memimpin terjadinya interaksi
belajar-mengajar.
8.
Didalam interaksi belajar-mengajar
dibutuhkan disiplin. Disiplin dalam interaksi belajar-mengajar ini diartikan
sebagai suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan
yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun
pihak siswa. Mekanisme konkret dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib
itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari
prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin.
9.
Ada batas waktu. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok siswa), batas
waktu menjadi salah satu ciri yang tidak biasa ditinggalkan. Setiap tujuan akan
diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah dicapai.
Disamping beberapa ciri seperti
penilaian diatas, unsur penilaian adalah unsur yang sangat penting. Dalam
kaitannya dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka untuk mengetahui apakah
tujuan itu sudah tercapai lewat interaksi belajar-mengajar atau belum, perlu
diketahui dengan kegiatan penilaian. Dengan demikian, cirri-ciri interaksi
belajar-mengajar itu sebenarnya senada dengan ciri-ciri interaksi edukatif,
sebagaimana disebutkan terdahulu. Memang kalau dilihat secara spesifik dalam
kegiatan pengajaran, apa yang dikatakan interaksi edukatif itu akan berlangsung
dengan kegiatan interaksi belajar-mengajar.
Bila terjadi proses
belajar-mengajar, maka bersama ini pula terjadi proses mengajar. Hal ini
kiranya mudah dipahami, karena bila ada yang belajar sudah barang tentu ada
yang mengajarnya, dan begitu pula sebaliknya kalau ada yang mengajar tentu ada
yang belajar. Kalau sudah terjadi suatu proses/saling berinteraksi, antara yang
mengajar dengan yang belajar, sebenarnya berada pada suatu kondisi yang unik,
sebab secara sengaja atau tidak sengaja, masing-masing pihak berada dalam suasana
belajar. Jadi guru walaupun dikatakan sebagai pengajar, sebenarnya secara tidak
langsung juga melakukan belajar.
Perlu ditegaskan bahwa setiap saat
dalam kehidupan terjadi suatu proses belajar mengajar, baik sengaja maupun
tidak sengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar-mengajar ini
akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau
dengan istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh
hasil yang optimal, proses belajar-mengajar harus dilakukan dengan sadar dan
sengaja serta terorganisasi secara baik.
2.3 Komponen-Komponen
Interaksin Edukatif
Dalam interaksi edukatif juga diperlukan
komponen-komponen tersendiri yaitu :
a. Adanya
tujuan, misi, dan fungsi
b. Mempunyai
bentuk, format, maupun keadaan yang mendukung.
c. Adanya pesan
yang akan disampaikan dengan memperhatikan isi pesan yang mudah difahami.
d. Terjadinya
keterlibatan/ peran serta antara guru dan peserta didik.
e. Pemilihan
metode yang tepat.
f. Pengadaan
evaluasi
Dalam refensi lain disebutkan Interaksi edukatif
mempunyai sejumlah komponen sebagai berikut:
a. Tujuan
Kegiatan interaksi adalah suatu kegiatan yang secara
dilakukan oleh guru, atas dasar kesadaran itulah guru melakukan kegiatan pembuatan
program pengajaran dengan prosedur dan langkah yang sistematik. Tujuan
mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi edukatif tujuan dapat
memberikan arah yang jelas dan pasti kemana pembelajaran akan dibawa oleh guru.
Di dalam tujuan pembelajaran terhimpun sejumlah norma
yang akan ditanamkan ke dalam diri setiap anak didik, tercapai tidaknya tujuan pembelajaran
dapat diketahui dari penguasaan anak didik terhadap bahan yang diberikan selama
kegiatan interaksi edukatif berlangsung.
b. Bahan pelajaran
Bahan adalah susbtansi yang akan disampaikan dalam
proses interaksi edukatif, tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif
tidak akan berjalan. Karena itu bahan pelajaran mutlak harus mutlak dikuasai guru
dengan baik, baik bahan pelajaran pokok maupun bahan pelajaran penunjang dan
bahan pelajaran adalah unsur inti dalam kegiatan interaksi edukatif.
c. Kegiatan belajar mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti dari kegiatan
dalam pendidikan segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar, dalam pengelolaan dan pengajaran kelas yang perlu
diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek biologis
intelektual dan psikologis.
Interaksi edukatif yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual anak didik ini.
Interaksi edukatif yang akan terjadi juga dipengaruhi oleh cara guru memahami perbedaan individual anak didik ini.
d. Metode
metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar
metode sangat penting maka dalam hal ini guru harus menggunakan metode yang bervariasi
karena penggunaan metode mengajar dapat mempengaruhi perhatian dan pemahaman
anak didik, maka perlu diperhatikan tujuan berbagai jenis fungsinya anak didik
dengan berbagai tingkat kematangannya, fasilitator serta pribadi guru dengan
kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
e. Alat
Alat adalah sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran.. Dalam kegiatan interaksi ini edukatif biasanya digunakan
alat non material dan alat material. Alat material berupa suruhan, perintah,
larangan, nasihat dan sebagainya. Sedangkan alat material adalah atau alat
bantu pengajaran berupa papan tulis, gambar, video dan sebagainya
f. Sumber pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada
dimana-mana di sekolah, di halaman, di pusat kota, di pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan
sumber-sumber pengajaran tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya, serta
kebijakan-kebijakan lainnya. Segala sesuatu dapat di pergunakan sebagai sumber
belajar sesuai kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan
guru dalam mengajar. Tujuan evaluasi disini adalah untuk mengumpulkan data-data
yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
h. Kegiatan yang jelas
Tujuan menempati posisi yang strategis dalam kegiatan
dalam kegiatan interaksi edukatif nilai strategis adalah tujuan sebagai
berikut:
a.
Dapat memberikan arah kegiatan interaksi edukatif
b.
Membantu memudahkan menyeleksi bahan pelajaran yang akan
disampaikan
disampaikan
c.
Memudahkan menyeleksi metode yang digunakan
d.
Memudahkan menyeleksi media dan lat bantu pengajaran
e.
Menolong menyeleksi sikap, tingkah laku dan perbuatan guru.
f.
Memudahkan menyeleksi kemampuan yang di inginkan dari anak
didik
didik
g.
Memudahkan menyeleksi memberi penilaian dan memudahkan
pengorganisasian
pengorganisasian
h.
Kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
merupakan hal yang penting, jika semua komponen di laksanakan guru dengan baik maka guru akan dapat mecapai tujuan pembelajaran dan komponen tersebut di jadikan acuan dan prosedur oleh guru
Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen
merupakan hal yang penting, jika semua komponen di laksanakan guru dengan baik maka guru akan dapat mecapai tujuan pembelajaran dan komponen tersebut di jadikan acuan dan prosedur oleh guru
2.4 Interaksi
Belajar Sebagai Interaksi Edukatif
Interaksi adalah suatu pertukaran ide secara verbal atau
timbal balik lainnya antara orang perseorangan, perseorangan dengan kelompok,
dan antara kelompok dengan kelompok untuk saling mempengaruhi dalam proses
belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi komunikasi
aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan Interaksi dalam proses
belajar mengajar tidak hanya menyatakan hubungan guru dengan siswa atau siswa
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Interaksi edukatif merupakan
proses interaksi yang disengaja, sadar akan tujuan untuk mengantarkan siswa ke
arah kedewasaanya. Interaksi dalam proses belajar mengajar melibatkan metode
kerja kelompok. Metode ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama membahas dan
memecahkan masalah. Agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik, ada
beberapa faktor yang harus dipenuhi, yaitu dasardasar interaksi belajar
mengajar yang terdiri dari:
1. Interaksi bersifat edukatif.
2. Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada
siswa sebagai hasil belajar mengajar.
3. Peranan dan kedudukan yang tepat dalam proses
interaksi belajar mengajar.
4. Interaksi sebagai proses belajar mengajar.
5. Sarana kegiatan proses belajar mengajar yang
tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif
dan efisien.
Menurut Piaget peranan guru dalam interaksi belajar
mengajar antara lain:
1. Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan situasisituasi
yang dibutuhkan individu untuk belajar.
2. Sebagai pembimbing, yaitu memberikan bimbingan
siswa dalam interaksi belajar, agar siswa mampu belajar dengan lancar dan
berhasil secara efektif dan efisien.
3. Sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan
semangat agar siswa mau dan giat belajar.
4. Sebagai organisatoris, yaitu mengorganisasikan
kegiatan belajar siswa
maupun guru.
Interaksi belajar mengajar ditandai pula oleh adanya
aktifitas siswa, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk
mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak
ada aktifitas. Itulah sebabnya aktifitas merupakan prinsip atau asas yang
sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk individu dan sosial, yang hidupnya ditandai dengan saling berinteraksi,
dari berbagai interaksi itu ada interaksi yang disengaja yakni interaksi
edukatif, secara khusus interaksi edukatif sebagai interaksi belajar mengajar
yang berintikan pada kegiatan motivasi
Secara khusus interaksi edukatif
sebagai interaksi belajar-mengajar yang berintikan pada kegiatan motivasi.
Tujuan sebagai dasar motivasi, motivasi dan aktivitas belajar, diri anak didik
dan kedudukan guru, dan usaha mengelola interaksi belajar-mengajar harus juga
dipahami.
Interaksi edukatif adalah proses
interaksi yang disengaja, sadar tujuan, yakni untuk mengantarkn anak didik
ketingkat kedewasaannya.
Interaki edukatif memiliki
cirri-ciri : sadar tujuan, ada bahan/pesan, ada subjek didik/pengajar, ada
guru, ada metode, ada situasi kondusif, ada penilaian.
Ciri-ciri interaksi belajar-mengajar,
yakni : memiliki tujuan, ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai dengan
aktivitas, ada guru yang berperan sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan
ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta sudah barang tentu perlu adanya
kegiatan peni
DAFTAR PUSTAKA
Purwo, B.K 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa,
Yogyakarta, kanisium.
Sapani, H. Suardi dkk. 1988. Teori Pembelajaran
Bahasa, Jakarta, proyek penataran Guru SLTP setara DIII.
Syaiful Bahri Jamarah, Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif, Rineka Cipta, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar